Pemerintah China menyerukan agar India dan Pakistan menunjukkan sikap menahan diri serta mengutamakan dialog usai insiden penembakan di Kashmir yang menewaskan sedikitnya 26 orang. Dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (28/4), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyampaikan keprihatinan dan berharap kedua negara bisa menyelesaikan perbedaan melalui jalur damai demi menjaga stabilitas regional. Serangan tersebut terjadi di kawasan wisata Baisaran, Pahalgam, wilayah Kashmir yang dikelola India, pada Selasa (22/4), dan menargetkan para wisatawan, sebuah kejadian yang tergolong jarang terjadi meski wilayah itu sudah lama dilanda konflik.

India menyatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok bersenjata dengan dukungan dari jaringan lintas batas, secara tidak langsung menuding Pakistan sebagai pihak yang terlibat. Namun, pemerintah Pakistan membantah keterlibatan dalam insiden tersebut dan justru menyampaikan duka atas jatuhnya korban jiwa. Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, mengusulkan agar penyelidikan dilakukan secara internasional dengan melibatkan Rusia dan China, yang kemudian disambut baik oleh Beijing.

Situasi kian memanas setelah India menangguhkan Perjanjian Air Indus 1960, mengusir penasihat militer Pakistan, dan menghentikan layanan visa serta menutup pintu perbatasan Wagah-Attari. Tanggapan dari Islamabad tak kalah tegas, termasuk penghentian Kesepakatan Simla 1972, pengusiran atase pertahanan India, hingga penutupan perdagangan bilateral. Ketegangan ini menunjukkan betapa rapuhnya hubungan dua negara bertetangga di tengah konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.